Sunday 19 October 2014

Mendidik Pejabat Publik

Tantangan terberat mendidik pejabat publik di Indonesia adalah mengakui adanya masalah. Biasanya, ketika seorang pejabat menghadapi kondisi terbukanya informasi kebobrokan di organisasinya, langkah pertama adalah menghindari untuk mengakui adanya masalah itu (avoidance). Karena itu, ketika saya menjadi adviser di beberapa instansi pemerintah di bidang egovernment, langkah terberat yang sering saya lakukan adalah adanya pengakuan (retreat) atau mendefinisikan masalah. Masalah tersebut biasanya dirumuskan secara bersama dengan pejabat puncak dan pelaku kunci. Dalam riset, hal ini lebih dikenal sebagai riset secara partisipatif.

Mengapa pejabat publik cenderung menghindar mengakui adanya masalah? Generasi pejabat publik di jenjang puncak saat ini kebanyakan adalah hasil produk sistem Orde Baru, tidak peduli mereka dari akademisi atau murni birokrat. Di zaman Orde Baru, kita mengenal adanya Kodak Pos 5000 atau Opstib. Kalau ada keluhan atau pengaduan yang masuk ke Kotak Pos 5000, Anda tahu apa yang dilakukan dulu? Menelusuri siapa orang yang melaporkan itu dan bukannya fokus merumuskan akar masalah yang dilaporkan itu.

Jadi, tidak aneh jika pejabat sekelas Dirjen, seperti permasalahan pencairan beasiswa Dikti tempo hari, akan merespon seperti itu. Ini adalah soal produk sistem. Hanya saja, ada kemajuan saat ini. Bukan berarti laporan keluhan seperti pencairan beasiswas itu tidak ditindaklanjuti. Saya yakin pasti akan ditindaklanjuti. Hanya saja para pejabat kita itu sering tidak mau kehilangan muka ketika hal seperti ini mengemuka.

Apa yang bisa kita lakukan? Menurut saya, kita harusnya lebih dini, sering, dan berani menyampaikan keluhan agar para pejabat atau manajer instansi public terlatih merespon dan menyelesaikan secara tuntas setiap keluhan, alih-alih menghindar. Mendidik pejabat adalah dimulai dari kita sendiri, para working class, terdidik ataupun tidak, yang saya lihat masih menjadi tantangan ke depan. Baiknya, kita pun harus sering memberikan keluhan ke pejabat agar mereka semakin terlatih menangani masalah di organisasinya.

No comments:

Post a Comment