Thursday 17 March 2016

"Bangsa Maori dan Batak"

Kebetulan saya pernah ketemu orang yang memanggil orang yang sudah  dituakan dengan panggilan Patua. Saya kaget juga mendengarnya. Terus saya tanya ke orang itu kenapa ia dipanggil Patua. Terus saya tanya juga apa ia Maori. Ia mengakui bahwa dirinya Maori. Terus saya tanya, koq hampir sama dengan panggilan di Batak. Rupanya ia pun sudah tahu itu dari yang pernah dibacanya walaupun tidak pernah ke tanah Batak.

Saya sebelumnya mencatat beberapa kesamaan bahasa dan rumah adat (whanui). Ada sada, dua, tolu, dstnya di Batak seperti halnya Maori. Di tanah Batak ada bagas godang tempat berembug adat seperti halnya Maori. Seremonial adat pun persis sama, seperti bagaimana pentingnya peran ibu/wanita dalam menerima tamu. Kami pun tadi becanda soal banyaknya seremonial adat Maori dan Batak yang mirip.

Maori memiliki panggilan Patua dan Matua untuk paman. Di tanah Batak itu dipanggil Bapatua dan Amangtua. Sempat tadi disebut juga panggilan Ina untuk bibi di Maori. Saya nggak ngeh kalau ada panggilan itu di kekerabatan Batak. Baru ingat lagi seorang Batak memanggil bibinya Inangtua.

Yang menarik filosofi ayah. Ternyata Maori sama dengan Batak. Orang Batak itu memberlakukan ayah bukan hanya terhadap ayah biologisnya, tetapi juga saudara laki-laki ayahnya itu mesti diberlakukan sebagai ayahnya juga. Begitu juga anak. Saya memberlakukan anak seperti anak sendiri itu bukan anak saya saja, tetapi juga anak-anak saudara lelaki saya (saudara perempuan tidak masuk hitungan 😀)

Maori juga banyak yang berperawakan seperti orang Batak. Ada bahkan orang Batak di New Zealand itu diberlakukan seperti Maori, bahkan bisa tinggal di state house (rumah yang disubsidi pemerintah) yang umumnya diprioritaskan untuk orang Maori.

Kawan-kawan yg murni Batak perlu bangga sebagai orang asli Batak.